Minggu, 05 Februari 2012

Peringatan Maulid Nabi bukan bid'ah




Wakil Menteri Agama (Wamenag) Prof. Dr. Nasaruddin Umar MA
mengingatkan umat Islam agar waspada dengan upaya sekelompok orang yang
ingin memecah kerukunan yang ada di tanah air dengan cara menyebut
peringatan maulid Nabi Muhammad SAW sebagai perbuatan bidah.


Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW bukan perayaan hura-hura,
tetapi memperingati kelahiran Rasulullah atas dasar kecintaan dan
kerinduan umat Islam terhadap nabi akhir zaman, kata Nasaruddin Umar
pada tausiahnya.


Kehadiran Wamenag Nasaruddin Umar terkait peringatan
Maulid Nabi Muhammad SAW. Sebelum Wamenag menyampaikan tausiah dibacakan syalawat dan asmaul husna
yang diikuti ribuan hadirin. Sedangkan zikir dipimpin Alfaqir KH
R.FW. Anom Kusumajati.


"Maulid Nabi Muhammad SAW disebut bidah, harus dilarang.
Hati-hati, ada yang mau pecah belah umat Islam," katanya mengingatkan.


Ia menjelaskan, ratusan tahun umat Islam di Indonesia memperingati
Maulid Nabi Muhammad SAW, tiba-tiba belakangan ini ada sekelompok orang
mengatakan bahwa hal itu merupakan bidah.


Wamenag Nasaruddin Umar mengatakan, kegiatan peringatan Maulid
Nabi Muhammad SAW merupakan sarana yang bagus sekaligus sebagai upaya
menempa jiwa umat Islam. Terlebih yang diperingati bukan orang
sembarangan, yaitu Nabi Muhammad SAW. Dia adalah imam atau pemimpin para
rasul. Sebab, tatkala Muhammad melakukan isra mi` raj, sebagai imam
dalam shalat adalah Muhammad SAW.


"Bukan Nabi Adam atau lainnya," kata Nasaruddin Umar dengan suara lantang.


Rasulullah Nabi Muhammad SAW telah mdnunjukkan keteladannya di
permukaan bumi ini. Ia tak gampang menyalahkan orang lain dan tak mudah
marah. Jika ada yang minta nasihat, selalu disampaikan pesan jangan
marah.


Dewasa ini, lanjut dia, ada fenomena bahwa warga atau anggota
masyarakat cepat tersulut marah. Bisa dilihat, kantor bupati dan pos
polisi dibakar. Sesungguhnya orang yang cepat menyalahkan orang lain dan
cepat marah dia harus belajar bersabar. Jika sudah tak menyalahkan
siapa-siapa dan tak marah, yang bersangkutan berarti sudah arif.


Jika sudah arif, menurut Wamenag, itu menunjukkan yang
bersangkutan ingin menubah ke adan lebih baik. Tetapi, tentu sesuai
dengan tuntunan Rasulullah, yang bersangkutan tak banyak bicara. Kalau
bicara ucapannya benar, tak bohong.


Ia mengakui dewasa ini banyak orang ingin menikmati pujian. Ingin
banyak dipuji karena ada motif yang hendak digapai. Padahal, pujian bisa
merusak amaliah seseorang. Dengan begitu, maka jelas yang bersangkutan
akan semakin jauh dari ikhlas.


"Sekarang ikhlas menjadi sesuatu yang mahal," ia menjelaskan.

Sebab, jika ingin menjadi ikhlas tentu kehilangan populer, tidak
dikenal banyak orang. Padahal Allah tak dekat dengan orang terkenal,
apalagi paling pupuler. Tetapi Allah dekat dengan orang yang beramal
saleh dan ikhlas dalam menjalani perintah-Nya. Karena itu, Nasaruddin
Umar mengingatkan umat Muslim agar memperbanyak baca salawat Nabi
Muhammad SAW agar memperoleh safaat dan memetik keteladanan Rasulullah. 










Editor: B Kunto Wibisono



sumber: ANTARA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar